Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, kembali mengkritik konsep revolusi
mental yang digulirkan Presiden Joko Widodo. Menurutnya, konsep tersebut hanya
sekadar judul tapi tidak ada isinya.
"Jangan kasih judul, isinya tak ada. Dulu kasih judul
revolusi mental. Kasih makan menteri-menterinya makan rebusan, loncat pagar, matiin
AC. Sekarang kan tak ada yang terjadi," kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta,
Selasa 12 Oktober 2016.
Fahri mencontohkan lagi, wacana soal poros maritim. Menurutnya,
kalau memang Jokowi mau menjadikan Indonesia sebagai poros maritim, seharusnya
punya kantor juga di laut.
"Sekarang presiden ngantornya di Bogor. Bogor tuh gunung. Maritim tuh
laut perasaan saya. Tak bener dong. Kebalik cara pikir orang. Kelola Indonesia
ini dari pinggir. Ngantor di Pulau Seribu, jangan Ahok yang pidato di
Pulau Seribu," kata Fahri.
Ia pun menilai seharusnya pemerintah bisa membuat kapal perang
sebesar lapangan terbang, berkeliling nusantara dan rakyat dari pesisir.
"Itu poros maritim namanya. Kan dia bilang revolusi mental.
Orang mungkin mikirnya
agak radikal. Nggak
ada yang radikal sampai sekarang. Revolusi mental tuh apa? Tolong
jelaskan," kata Fahri.
Ia menilai, bicara soal poros maritim seharusnya ada pembalikan.
Dulu di darat tapi darat sudah dikuasai orang. Sehingga dari lautlah pemerintah
'bicara'.
"Bayangan saya Presiden setiap hari bicaranya di laut.
Harusnya omongan saya di publik ditangkap positif saja. Mudah-mudahan, jangan dimasukin
hati tapi masukin
pikiran. Ditanggapi sebagai kritik. Jangan kecewa, marah. Presiden dalam
demokrasi adalah orang yang siap diomeli rakyat," kata Fahri.
0 komentar:
Posting Komentar