Walaupun bulan ini penuh dengan kesibukanku, aku termasuk orang yang sangat susah untuk dapat mengontrol keinginan seks atas wanita. Pengalaman ini kualami beberapa hari sebelum bulan-bulan sibukku yang lalu di tempat kost. Di tempat kost kami berlima dan hanya ada satusatunya cewek di kost ini, namanya Mayang. Aku heran ibu kost menerima anak perempuan di kost ini. Oh, rupanya Mayang bekerja di dekat kost sini.
Mayang
cukup cantik dan kelihatan sudah matang dengan usianya yang relatif
sangat muda, tingginya kira-kira 160 cm. Yang membuatku bergelora
adalah tubuhnya yang putih dan kedua buah dadanya yang cukup besar.Ahh,
kapan aku bisa mendapatkannya, pikirku. Menikmati tubuhnya,
menancapkan penisku ke vaginanya dan menikmati gelora kegadisannya.
Perlu pembaca
ketahui, umurku sudah 35 tahun. Belum menikah tapi sudah punya pacar
yang jauh di luar kota. Soal hubungan seks, aku baru pernah dua kali
melakukannya dengan wanita. Pertama dengan Mbak Anik, teman sekantorku
dan dengan Esther. Dengan pacarku, aku belum pernah melakukannya.
Swear..! Beneran.
agen bandarQ
Kami
berlima di kost ini kamarnya terpisah dari rumah induk ibu kost,
sehingga aku dapat menikmati gerak-gerik Mayang dari kamarku yang hanya
berjarak tidak sampai 10 meter. Yang gila dan memuncak adalah aku
selalu melakukan masturbasi minimal dua hari sekali. Aku paling suka
melakukannya di tempat terbuka. Kadang sambil lari pagi, aku mencari
tempat untuk melampiaskan imajinasi seksku.
Sambil
memanggil nama Mayang, crot crot crot.., muncratlah spermaku, enak dan
lega walau masih punya mimpi dan keinginan menikmati tubuh Mayang. Aku
juga suka melakukan masturbasi di rumah, di luar kamar di tengah malam
atau pagi-pagi sekali sebelum semuanya bangun. Aku keluar kamar dan di
bawah terang lampu neon atau terang bulan, kutelanjangi diriku dan
mengocok penisku, menyebut-nyebut nama Mayang sebagai imajinasi
senggamaku. Bahkan, aku pernah melakukan masturbasi di depan kamar
Mayang, kumuntahkan spermaku menetesi pintu kamarnya. Lega rasanya
setelah melakukan itu.
Mayang
kuamati memang terlihat seperti agak binal. Suka pulang agak malam
diantar cowok yang cukup altletis, sepertinya pacarnya. Bahkan beberapa
kali kulihat suka pulang pagi-pagi, dan itu adalah pengamatanku sampai
kejadian yang menimpaku beberapa hari sebelum bulan itu.
Seperti
biasanya, aku melakukan masturbasi di luar kamarku. Hari sudah larut
hampir jam satu dini hari. Aku melepas kaos dan celana pendek, lalu
celana dalamku. Aku telanjang dengan Tangan kiri memegang tiang dan
tangan kanan mengocok penisku sambil kusebut nama Mayang. Tapi
tiba-tiba aku terhenti mengocok penisku, karena memang Mayang entah
tiba-tiba tengah malam itu baru pulang.
Dia
memandangiku dari kejauhan, melihat diriku telanjang dan tidak dengan
cepat-cepat membuka kamarnya. Sepertinya kutangkap dia tidak grogi
melihatku, tidak juga kutangkap keterkejutannya melihatku. Aku yang
terkejut.
Setelah dia masuk
kamar, dengan cuek kulanjutkan masturbasiku dan tetap menyebut nama
Mayang. Yang kurasakan adalah seolah aku menikmati tubuhnya,
bersenggama dengannya, sementara aku tidak tahu apa yang dipikirkannya
tentangku di kamarnya. Malam itu aku tidur dengan membawa kekalutan dan
keinginan yang lebih dalam.
Paginya, ketika aku bangun, sempat kusapa dia.
“Met pagi..” kataku sambil mataku mencoba menangkap arti lain di matanya. Kami hanya bertatapan.
“Met pagi..” kataku sambil mataku mencoba menangkap arti lain di matanya. Kami hanya bertatapan.
Ketika makan pagi sebelum berangkat kantor juga begitu.
“Kok semalam sampai larut sih..?” tanyaku.
“Kok tak juga diantar seperti biasanya..?” tanyaku lagi sebelum dia menjawab.
“Iya Mas, aku lembur di kantor, temenku sampai pintu gerbang saja semalam.” jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi.
“Semalam nggak terkejut ya melihatku..?” aku mencoba menyelidiki.
Wajahnya memerah dan tersenyum. Wahh.., serasa jantungku copot melihat dan menikmati senyum Mayang pagi ini yang berbeda. Aku rasanya dapat tanda-tanda nih, sombongnya hatiku.
“Kok semalam sampai larut sih..?” tanyaku.
“Kok tak juga diantar seperti biasanya..?” tanyaku lagi sebelum dia menjawab.
“Iya Mas, aku lembur di kantor, temenku sampai pintu gerbang saja semalam.” jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi.
“Semalam nggak terkejut ya melihatku..?” aku mencoba menyelidiki.
Wajahnya memerah dan tersenyum. Wahh.., serasa jantungku copot melihat dan menikmati senyum Mayang pagi ini yang berbeda. Aku rasanya dapat tanda-tanda nih, sombongnya hatiku.
Rumah
kost kami memang tertutup oleh pagar tinggi tetangga sekeliling.
Kamarku berada di pojok dekat gudang, lalu di samping gudang ada
halaman kecil kira-kira 30 meter persegi, tempat terbuka dan tempat
untuk menjemur pakaian. Tanah ibu kostku in cukup luas, kira-kira
hampir 50 X 100 m. Ada banyak pohon di samping rumah, di samping
belakang juga. Di depan kamarku ada pohon mangga besar yang cukup
rindang.
agen domino
agen domino
Rasanya nasib baik
berpihak padaku. Sejak saat itu, kalau aku berpapasan dengan Mayang
atau berbicara, aku dapat menangkap gejolak nafsu di dadanya juga. Kami
makin akrab. Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket,
kukatakan terus terang saja kalau aku sangat menginginkannya. Mayang
diam saja dan memerah lagi, dapat kulihat walau tertunduk.
Aku
mengajaknya menikmati malam Minggu tengah malam kalau dia mau. Aku
akan menunggu di halaman dekat kamarku, kebetulan semua teman-teman
kostku pulang kampung. Yang satu ke Solo, istrinya di sana, tiap Sabtu
pasti pulang. Yang satunya pulang ke Temanggung, persiapan Puasa di
rumah.
Aku harus siapkan
semuanya. Kusiapkan tempat tidurku dengan sprei baru dan sarung bantal
baru. Aku mulai menata halaman samping, tapi tidak begitu ketahuan.
Ahh, aku ingin menikmati tubuh Mayang di halaman, di meja, di rumput
dan di kamarku ini. Betapa menggairahkan, seolah aku sudah mendapat
jawaban pasti.
Sabtu malam, malam
semakin larut. Aku tidur seperti biasanya. Juga semua keluarga ibu
kost. Aku memang sudah nekat kalau seandainya ketahuan. Aku sudah
tutupi dengan beberapa pakaian yang sengaja kucuci Sabtu sore dan
kuletakkan di depan kamarku sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa,
aku sudah menelan beberapa obat kuat/perangsang seperti yang
diiklankan.
Tengah malam hampir
jam setengah satu aku keluar. Tidak kulihat Mayang mau menanggapi.
Kamarnya tetap saja gelap. Seperti biasa, aku mulai melepasi bajuku
sampai telanjang, tangan kiriku memegangi tiang jemuran dan tangan
kananku mengocok penisku. Sambil kusebut nama Mayang, kupejamkan mataku,
kubayangkan sedang menikmati tubuh Mayang. Sungguh mujur aku waktu
itu. Di tengah imajinasiku, dengan tidak kuketahui kedatangannya,
Mayang telah ada di belakangku.
Tanpa malu dan sungkan dipeluknya aku, sementara tanganku masih terus mengocok penisku.
Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya, lalu tangannya meraih penisku yang menegang kuat.
“Mayang.. Mayang.. achh.. achh.. nikmatnya..!” desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang terangkat tergelincang karena kocokan tangan Mayang.
“Uhh.. achh.. Mayang, Mayang.. ohhh.. aku mau keluar.. ohh..” desahku lagi sambil tetap berdiri.
Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya, lalu tangannya meraih penisku yang menegang kuat.
“Mayang.. Mayang.. achh.. achh.. nikmatnya..!” desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang terangkat tergelincang karena kocokan tangan Mayang.
“Uhh.. achh.. Mayang, Mayang.. ohhh.. aku mau keluar.. ohh..” desahku lagi sambil tetap berdiri.
Kemudian kulihat Mayang bergerak ke depanku dan berlutut, lalu dimasukkannya penisku ke mulutnya.
“Oohhh Mayang… Uhh Mayangii.., Saarrii… Nikmat sekali..!” desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat-kuat.
agen poker,
Akhirnya aku tidak dapat menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spemaku memenuhi mulut Mayang, membasai penisku dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya, pikirku.
“Oohhh Mayang… Uhh Mayangii.., Saarrii… Nikmat sekali..!” desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat-kuat.
agen poker,
Akhirnya aku tidak dapat menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spemaku memenuhi mulut Mayang, membasai penisku dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya, pikirku.
Lalu
Mayang berdiri dengan mulut yang masih menyisakan spermaku, aku
memeluknya dan menciuminya. Ahh.., kesampaian benar cita-citaku
menikmati tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang
menantang.
Kulumati bibirnya,
kusapu wajahnya dengan mulutku. Kulihat dia memakai daster yang cukup
tipis. BH dan celana dalamnya kelihatan menerawang jelas. Sambil terus
kuciumi Mayang, tanganku berkeliaran merayapi punggung, dada dan
pantatnya. Ahh.. aku ingin menyetubuhi dari belakang karena sepertinya
pantatnya sangat bagus. Aku segera melepaskan tali telami dasternya di
atas pundak, kubiarkan jatuh di rumput.
Ahh..,
betapa manis pemandangan yang kulihat. Tubuh sintal Mayang yang hanya
dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahhh.., membuat penisku mengeras
lagi. Kulumati lagi bibirnya, aku menelusuri lehernya.
“Ehh.., ehhh..!” desis Mayang menikmati cumbuanku.
“Ehh.., ehhh..!” sesekali dengan nada agak tinggi ketika tanganku menggapai daerah-daerah sensitifnya.
“Ehh.., ehhh..!” desis Mayang menikmati cumbuanku.
“Ehh.., ehhh..!” sesekali dengan nada agak tinggi ketika tanganku menggapai daerah-daerah sensitifnya.
Kemudian kepalanya mendongak dan buah dadanya kuciumi dari atas. O my God, betapa masih padat dan montok buah dada anak ini. Aku mau menikmatinya dan membuatnya mendesis-desis malam ini. Tanganku yang nakal segera
saja melepas kancing BH-nya, kubuang melewati jendela kamarku, entah
jatuh di mana, mungkin di meja atau di mana, aku tidak tahu. Uhhh.., aku
segera memandangi buah dada yang indah dan montok ini. Wah luar biasa,
kuputari kedua bukitnya. Aku tetap berdiri. bergantian kukulumi puting
susunya. Ahh.., menggairahkan.
Terkadang
dia mendesis, terlebih kalau tangan kananku atau kiriku juga bermain
di putingnya, sementara mulutku menguluminya juga. Tubuhnya
melonjak-lonjak, sehingga pelukan tangan kanan atau kiriku seolah mau
lepas. Mayang menegang, menggelinjang-gelinjang dalam pelukanku. Lalu
aku kembali ke atas, kutelusuri lehernya dan mulutku berdiam di sana.
Tanganku sekarang meraih celana dalamnya, kutarik ke bawah dan kubantu
melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua telanjang bulat.
Kutangkap
kedua tangan Mayang dan kuajak menjauh sepanjang tangan, kami
berpandangan penuh nafsu di awal bulan ini. Kami sama-sama melihat dan
menjelajahi dengan mata tubuh kami masing-masing dan kami sudah saling
lupa jarak usia di antara kami. Penisku menempel lagi di tubuhnya, enak
rasanya. Aku memutar tubuhnya, kusandarkan di dadaku dan tangannya
memeluk leherku.
Kemudian
kuremasi buah dadanya dengan tangan kiriku, tangan kananku menjangkau
vaginanya. Kulihat taman kecil dengan rumput hitam cukup lebat di sana,
lalu kuraba, kucoba sibakkan sedikit selakangannya. Mayang
tergelincang dan menggeliat-geliat ketika tanganku berhasil menjangkau
klitorisnya. Seolah dia berputar pada leherku, mulutnya kubiarkan
menganga menikmati sentuhan di klitorisnya sampai terasa semakin basah.
Kubimbing
Mayang mendekati meja kecil yang kusiapkan di samping gudang. Kusuruh
dia membungkuk. Dari belakang, kuremasi kedua buah dadanya. Kulepas dan
kuciumi punggungnya hingga turun ke pantatnya. Selangkangannya semakin
membuka saja seiring rabaanku.
Setelah itu aku turun ke bawah selakangannya, dan dengan penuh nafsu kujilati vaginanya.
Mulutku menjangkau lagi daerah sensitif di vaginanya sampai hampir-hampir kepalaku terjepit.
“Oohh.., ehh.., aku nggak tahan lagi.., masukkan..!” pintanya.
Mulutku menjangkau lagi daerah sensitif di vaginanya sampai hampir-hampir kepalaku terjepit.
“Oohh.., ehh.., aku nggak tahan lagi.., masukkan..!” pintanya.
Malam
itu, pembaca dapat bayangkan, aku akhirnya dapat memasukkan penisku
dari belakang. Kumasukkan penisku sampai terisi penuh liang senggamanya.
Saat penetrasi pertama aku terdiam sebelum kemudian kugenjot dan menikmati sensasi orgasme.
Aku tidak perduli apakah ada yang mendengarkan desahan kami berdua di
halaman belakang. Aku hanya terus menyodok dan menggenjot sampai kami
berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.
Aku
berhasil memuntahkan spermaku ke vaginanya, sementara aku mendapatkan
sensasi jepitan vagina yang hebat ketika datang orgasmenya. Aku
dibuatnya puas dengan kenyataan imajinasiku malam Minggu itu. Sabtu
malam atau minggu dini hari yang benar-benar hebat. Aku bersenggama
dengan Mayang dalam bebrapa posisi. Terakhir, sebelum posisi
konvensioal, aku melakukan lagi posisi 69 di tempat tidur.
Ahh
Mayang, dia berada dalam pelukanku sampai Minggu pagi jam 8 dan masih
tertidur di kamarku. Aku bangun duluan dan agak sedikit kesiangan.
Ketika melihat ke luar kamar, ohh tidak ada apa-apa. Kulihat kedua cucu
ibu kostku sedang bermain di halaman. Mereka tidak mengetahui di
tempat mereka bermain itu telah menjadi bagian sejarah seks hidupku dan
Mayang.
0 komentar:
Posting Komentar