UA-109841830-1
Ketagihan Diperkosa
Namaku Winie, umurku sudah 35 tahun dengan dua orang anak yang sudah beranjak dewasa. Waktu menikah umurku masih 19 tahun dan sekarang anakku yang paling tua sudah berumur 15 tahun sedang yang bungsu berumur 13 tahun. Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku dan suami serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang. Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri. Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah. Bila suamiku berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali leyap dalam pandangan mataku.
Akhirnya batang penis supirku tenggelam
hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku dan terhimpit oleh bibir
vaginaku. Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja, penisnya hanya
didiamkan saja tidak bergerak lalu beberapa saat lagi mulai terasa di
dalam liang vaginaku penisnya ditarik keluar perlahan-lahan dan setelah
itu didorong masuk lagi, juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan
ingin menikmati gesekan-gesekan pada dinding-dinding lorong yang rapat
dan terasa bergerenjal-gerenjal itu. Makin lama gerakannya semakin cepat
dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai,
“Ouhh..” Tiba-tiba suara supirku dan suaraku sama-sama beradu nyaring
sekali dan panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan
langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh
supirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku. “Sialan kamu Ris!”
ucapku memecah kesunyian dengan nada geram. Setelah beberapa lama aku
melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali. “Kamu
gila Ris, kamu telah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!” ucapku
lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku.
“Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal.
“Tenang Bu Winie.., saya masih punya pil anti hamil, Bu Winie.” ucapnya
dengan tenang. “Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis dan
ketus. “Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih
dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya
jadi Bu Winie enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah
lebih tenang lagi. “Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu
Ris..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam supirku sudah lama
merencanakannya. “Bagaimana Bu Winie..?” “Bagaimana apanya? Sekarang
kamu lepasin saya Ris..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas.
“Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?” tanyanya lagi sambil
membelai rambutku.
0 komentar:
Posting Komentar