UA-109841830-1

POHONPOKER - "7 Fakta Menarik Presiden Sukarno Berdasarkan Otobiografinya" yang belum pernah terungkap


Sukarno
Emang ga ada habisnya kalau kita membahas sosok yang satu ini. Ane sendiri baru aja selesai baca otobiografi beliau. Otobiografi ini beliau sampaikan secara lisan kepada sahabat wanitanya yang bernama Cindy Adams, yang merupakan jurnalis asal Amerika.

Penampakan bukunya
7 Fakta Menarik Presiden Sukarno Berdasarkan Otobiografinya
Versi Palsu Era Orde Baru.
Buku ini terbit pada era pemerintahan Presiden Sukarno dengan judul "Sukarno". Tapi kemudian diterbitkan ulang ketika era pemerintahan Suharto dengan judul "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia". Buku cetakan baru ini ternyata menyimpang dari versi aslinya. Banyak bagian yang direkayasa dan banyak bab palsu yang ditambah-tambahkan oleh Rezim Orde Baru. Salah satunya adalah bab di mana Presiden Sukarno mengatakan bahwa peran Moh.Hatta tidak ada apa-apanya dalam kemerdekaan Indonesia. Bab tersebut tidak benar karena tidak ada dalam versi aslinya. 

Revisi ke Versi Asli.
Setelah Suharto jatuh pada tahun 1998, semua otobiografi Sukarno yang telah dipalsukan oleh Rezim Orde Baru dihentikan peredarannya. Lalu, Yayasan Bung Karno mengambil cetakan asli dari Cindy Adams dan mencetaknya ulang di Indonesia dengan isi yang asli dan murni sebagaimana diceritakan oleh Presiden Sukarno sendiri walau judul bukunya tetap sama dengan era Orde Baru.

Apa Itu Otobiografi?
Otobiografi adalah biografi yang bersumber langsung dari orang yang bersangkutan. Ada 2 jenis otobiografi, yakni otobiografi langsung dan otobiografi tidak langsung. Otobiografi langsung adalah otobiografi yang ditulis langsung oleh orang yang bersangkutan. Sementara otobiografi tidak langsung adalah otobiografi yang disampaikan secara lisan oleh orang yang bersangkutan lalu ditulis oleh orang lain.

Seperti Berbicara Langsung
Otobiografi Sukarno sendiri adalah otobiografi tidak langsung karena penulisnya adalah Cindy Adams, bukan Sukarno sendiri. Tapi sejak halaman pertama buku ini, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang Sukarno sebagai orang pertama, bukan sudut pandang Cindy Adams. Jadi, membaca buku ini agan akan seolah-olah berbicara langsung dengan Presiden Sukarno.

Setelah membaca otobiografi itulah, ane merasa banyak hal menarik yang belum diketahui banyak orang mengenai Presiden Sukarno. Berikut 7 fakta menarik mengenai Presiden Sukarno yang bersumber dari perkataannya sendiri dalam otobiografinya.

1. Namaku "Sukarno", Bukan "Soekarno"
Pada halaman 23, Presiden Sukarno berkata bahwa nama aslinya adalah Soekarna, namun dalam ejaan Jawa "a" menjadi "o" maka namanya menjadi "Soekarno". Tapi kemudian dia ingin orang menuliskan namanya dengan huruf "U", bukan "OE". Dan dia tidak punya nama depan atau nama belakang, namanya hanya "Sukarno". Berikut kutipan bukunya :

Sekali waktu ada seorang wartawan goblok yang menulis bahwa nama awalku adalah Ahmad (Ahmad Soekarno). Sungguh menggelikan. Namaku hanya "Sukarno" saja. Memang dalam masyarakat kami tidak luar biasa untuk memakai satu nama saja. Waktu di sekolah namaku dieja "Soekarno" menurut ejaan Belanda. Setelah Indonesia merdeka aku memerintahkan supaya segala ejaan "OE" kembali ke "U". Juga ejaan dari perkataan "Soekarno" sekarang menjadi "Sukarno"#agen poker,.

2. Insinyur Yang Tak Pandai Matematika
Walaupun Presiden Sukarno merupakan Insinyur lulusan ITB, justru sebenarnya dia sangat tidak suka dan tidak menguasai Matematika. Yang dia suka hanya menggambar. Pada halaman 54, dia berkata :

Aku mempunyai ingatan seperti bayangan gambar (visual) dan dalam pada itu aku terlalu sibuk memompakan soal-soal politik ke kepalaku, sehingga tidak tersisa waktuku untuk membuka buku sekolah. Dewi dendamku adalah ilmu pasti (IPA dan matematika). Aku tidak begitu kuat dalam ilmu pasti.

Menggambar arsitektur bagiku sangat menarik, akan tetapi kalkulasi bangunan dan komputasi jangan
tanya. Kleinste Vierkanten atau yang dinamakan Geodesi, semacam penyelidikan tanah secara ilmu pasti di mana orang mengukur tanah dan belajar membaginya dalam kaki persegi, dalam semua ini aku gagal.

3. Beliau Pernah Jadi Guru di SMP Ane Gan!
#agen domino, Ini adalah salah satu fakta yang mengejutkan juga buat ane. Ane dulu sekolah di SMPN 1 Bandung, yang ane tahu pendiri sekolah ane itu adalah salah satu Pahlawan Indonesia yakni Douwes Dekker alias Dr.Setiabudi. Tapi ane ga pernah tahu kalau Presiden pertama kita pernah mengajar di sekolah ane sebelum dia jadi Presiden. Pada halaman 57, Presiden Sukarno mengatakan bahwa selulusnya dari ITB, dia jadi pengangguran di Bandung dan sangat kesulitan ekonomi, sampai Dr.Setiabudi menawarinya jadi guru. Berikut kutipan bukunya :

Aku mendengar lowongan di sekolah Yayasan Ksatrian (nama SMPN 1 Bandung sebelum Indonesia merdeka) yang diselenggarakan oleh pemimpin kebangsaan Dr.Setiabudi. Mereka mencari seorang guru yang akan mengajar dalam dua mata pelajaran. Yang pertama adalah sejarah, untuk mana aku sangat berhasrat besar. Mata pelajaran yang lain? Ilmu pasti! (IPA dan Matematika) Dan dalam segala segi-seginya lagi! Jadi sebagaimana telah kutegaskan dengan segala kejujuran yang pahit, kalau ada mata pelajaran yang sama sekali tidak bisa kuatasi, maka itulah dia ilmu pasti. Akan tetapi aku tidak mempunyai pilihan lain.

Guru yang ditugaskan untuk melakukan tanya jawab bertanya, "Ir.Sukarno, Tuan adalah insinyur yang
berijazah, jadi tentu tuan ahli dalam ilmu pasti, bukankah begitu?"

"Oh, ya Tuan," aku menyeringai merecik kepercayaan. "Ya, Tuan. Ya, betul. Saya menguasainya."

"Baiklah, jadi Tuan dapat mengajar ilmu pasti?" tanyanya.

"Mengapa tidak?" Aku membohong. "Saya menguasai betul ilmu pasti. Menguasainya sungguh-sungguh. Ini mata pelajaran yang saya senangi."

Inggit dan aku sudah kering sama sekali, tidak mempunyai apa-apa lagi. Apa yang dapat kami suguhkan kepada tamu hanya secangkir teh encer tanpa gula. Jadi, apa yang harus kukatakan kepadanya? Bahwa aku sama sekali tidak dapat mengajar ilmu pasti? Bahwa sesungguhnya aku gagal dalam pelajaran itu?

Setelah kejadian itu, beliau pun jadi guru di sekolah ane. Kekhawatirannya terhadap ilmu pasti justru ga terbukti gan. Dia lancar-lancar aja mengajar ilmu pasti tingkat SMP. Tapi justru masalah timbul ketika dia mengajar ilmu sejarah yang sangat disukainya. Alih-alih mengajar sejarah, dia malah seperti berorasi di depan kelas. Pengawas sekolah yang merupakan orang Belanda akhirnya melarang dia untuk jadi guru lagi.

4. Pluralis Sejati
Presiden Sukarno menganggap bahwa Tuhan bukan milik perseorangan atau sekelompok orang. Ini juga menarik buat ane karena pandangan Presiden Sukarno ini sangat mengena buat kita sebagai Rakyat Indonesia yang berbeda-beda suku dan agama. Pada halaman 59, beliau berkata :

Tahun 1926 (ketika berusia 25 tahun) adalah tahun dimana aku memperoleh kematangan dalam tiga segi. Segi yang kedua adalah dalam kepercayaan. Aku banyak berpikir dan berbicara tentang Tuhan. Sekalipun di negeri kami sebagian terbesar rakyatnya beragama Islam, namun konsepku tidak disandarkan semata-mata kepada Tuhannya orang Islam. Pada waktu aku melangkah ragu melalui permulaan jalan yang menuju kepada kepercayaan, aku tidak melihat Yang Maha Kuasa sebagai Tuhan kepunyaan perseorangan. Menurut jalan pikiranku maka kemerdekaan bagi seseorang meliputi juga kemerdekaan beragama. Ketika konsep keagamaanku meluas, ideologi dari Pak Cokro (gurunya di Jogja) dalam pandanganku semakin sempit dan semakin sempit juga. Pandangannya tentang kemerdekaan untuk tanah air kami semata-mata ditinjau melalui lensa mikroskop dari agama Islam. Aku tidak lagi menoleh kepadanya untuk belajar.

5. "Aku Bukan Komunis"
Presiden Sukarno memang merangkul semua golongan, dari golongan agamis, nasionalis, sampai komunis. Tapi kedekatannya dengan kaum komunis bukan berarti dia komunis. Pada halaman 60 beliau berkata :

Dalam bidang ideologi, aku adalah seorang sosialis. Kuulangi bahwa aku adalah sosialis, bukan Komunis. Aku tidak menjadi Komunis. Masih saja ada orang yang berpikir bahwa Sosialisme sama dengan Komunisme. Mendengar perkataan sosialis mereka tidak dapat tidur. Mereka melompat, "Haaa, saya sudah tahu! Bahwa Bung Karno adalah seorang Komunis!" Tidak, aku bukan Komunis. Aku seorang SosiaIis. Aku seorang Kiri. Orang Kiri adalah mereka yang menghendaki perubahan kekuasaan kapitalis-imperialis yang ada sekarang.

Kehendak untuk menyebarkan keadilan sosial adalah Kiri. Ia tidak perlu Komunis. Orang kiri bahkan dapat bercekcok dengan orang Komunis. Kirifobia, penyakit takut akan cita-cita kiri, adalah penyakit yang kutentang habis-habisan sama seperti Islamofobia. Nasionalisme tanpa keadilan sosial menjadi nihilisme. Bagaimana suatu negeri yang miskin menyedihkan seperti negeri kami dapat menganut suatu aliran lain kecuali haluan sosialis?

6. "Tidak percaya takhayul "

Pada halaman 112, diceritakan awal mula kenapa seorang Sukarno tidak percaya pada takhayul. Ini juga merupakan kisah yang menarik. Berikut kutipan bukunya :

Aku percaya pada hari baik dan hari nahas, aku percaya pada jimat yang membawa rahmat dan jimat yang mempunyai pengaruh jahat. Di Bandung ada orang yang memberiku sebentuk cincin pakai batu. Dalam batu itu terlihat lobang berisi cairan hitam yang tidak pernah tenggelam. Seperti biji kecil yang mengapung dan selalu berada di atas. Seorang pengagum memberikan benda yang aneh ini kepadaku dengan ucapan, "Sukarno, semoga engkau tetap berada di atas seperti biji yang mengapung ini." Ia dinodai oleh kekuatan guna-guna, tapi aku mempercayainya. Di waktu itu aku mempercayai apa saja, karena aku memerlukan segala kekuatan yang bisa kuperoleh.#agen domino

"Jangan lupa, Sukarno," katanya, "Batu ini bukan sembarang batu. Dia membawa untung."

Baiklah, aku percaya. Tapi tidak lama setelah itu aku tertangkap dan dibuang ke Pulau Bunga. Sejak itu, aku tidak percaya lagi kepada takhayul. Demikianlah, ketika kuyakinkan pada diriku sendiri, kepercayaan yang kegila-gilaan ini harus dihentikan. Dan kukatakan pada diriku, "Engkau sudah melihat, penyakit takhayul yang jahat"


7. Pakai Kopiah Karena Kepala Botak
Menurut pengakuannya, dia adalah orang yang pertama kali memperkenalkan kombinasi antara jas modern dengan peci/kopiah hitam kala acara-acara Jong Java. Dari sanalah banyak yang meniru gaya berpakaian seperti itu dan jadi ciri dari kaum intelektual Indonesia. Namun pada halaman 42, Presiden Sukarno memberitahukan alasan lain kenapa dia memakai kopiah. Berikut kutipan bukunya :

Pada waktu aku melangkah gagah keluar dari kereta api di stasiun Bandung dengan peciku yang memberikan pemandangan yang cantik, maka peci itu sudah menjadi lambang kebangsaan bagi para pejuang kemerdekaan. Tapi kalau sekarang, peci itu bagiku lebih merupakan sebagai lambang untuk pertahanan diri. Sesungguhaya, kepalaku kian hari semakin botak. Karena orang Islam diharuskan mencuci rambutnya setelah dia berhubungan dengan seorang perempuan, maka kawan-kawan menggangguku, "Hei Sukarno, itu barangkali yang membikin Bung botak." Apapun alasannya, aku gembira karena telah mempunyai pandangan ke depan 44 tahun yang lalu untuk membikin peci ini begitu hebat.#bandarq



0 komentar:

Posting Komentar